Itu adalah selogan para mahasiswa di jepang pada sekitar
tahun 1888 yang mayoritas berasal dari suku samurai yang tetap ingin hidup
dengan terhormat pada zamannya. Kala itu para mahasiswa yang berjumlah sekitar
30.000 orang itu belajar di sekolah
swasta yang berada di kota Tokyo dan 80 persen dari total diatas berasal dari
kampung.
Para mahasiswa miskin yang berasal dari luar kota
itu,sebagian di biayai oleh para tuan tanah di kampungnya masing-masing dan
lainnya bekkerja sambil kuliah. Ada yang jadi pembantu rumah tangga, menjual
surat kabar, penerjemah buku, bahkan ada juga menjadi buruh kasar.