Sepertinya bagi sebagian besar
pasangan, tema pendidikan anak jauh lebih penting dari romantisnya suami istri
itu sendiri. Saya melihat hal yang sedikit berbeda. Romantisnya pasutri adalah
modal yang sangat besar, sekaligus langkah awal untuk menggapai kesuksesan
dalam mendidik anak. Pasangan yang harmonis nan romantis, tentulah memiliki
energi yang hebat sekaligus kiat yang smart dalam membesarkan anak-anaknya.
Karena itu, sebelum berbicara lebih banyak tentang pendidikan anak, seringkali
saya ingin memastikan bagaimana kabar hubungan antara suami istri tersebut
terlebih dahulu. Setapak demi setapak kita jalani, permasalahan demi
permasalahan kita selesaikan. Nah, apa saja hubungan sekaligus pengaruh romantisme
suami istri pada perkembangan dan pendidikan anak ? Lima hal ini bisa menjadi
jawaban singkat setidaknya.
Pertama : Pendidikan Anak membutuhkan Kasih Sayang,
Kedua orangtua harus terlebih dahulu saling menyayangi, agar berlimpah rasa sayang itu, untuk kemudian ditularkan kepada anak-anaknya dengan baik. Percayalah bahwa kasih sayang bak sebuah energi, dia terus mengalir dan berpindah. Jika suami istri gagal memproduksi kasih sayang diantara mereka, maka bagaimana mungkin akan mengalirkan kepada anak-anaknya dengan baik ? Sebuah riwayat dari Rasulullah SAW begitu menginspirasi, ketika seorang arab mendapati beliau menciumi cucu-cucunya. Ia berujar keheranan : " aku memiliki sepuluh anak dan aku tak pernah menciumi satupun dari mereka". Rasulullah SAW pun kaget dan berkomentar singkat " Barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi". Maka kasih sayang adalah energi. Harus terus diproduksi dan dialirkan.
Kedua : Karena orangtua adalah keteladanan bagi perilaku anak.
Setiap anak terlahir dalam fitrah kesucian, bagaikan kertas putih yang bersih, maka orangtuanya yang kemudian sangat dominan mewarnai anak tersebut dengan perilaku, bahkan ideologi sekalipun. Karenanya, dalam perkembangannya, orang tua yang tidak romantis, sering bertengkar cenderung akan ditiru oleh anak-anaknya dalam bentuk-bentuk yang mungkin lebih sederhana, dari mulai omongan yang kasar, ringan tangan, bahkan juga kebiasaan berantem dengan teman maupun saudara. Hal ini nyaris tidak bisa terkontrol dan terjadi begitu saja, karenanya orangtua harus segera menyadari dan berbenah diri, karena setiap hari anak-anak merekap setiap laku orang tua dengan mudah, dan mengekspresikannya pada kesempatan berikutnya.
Ketiga : Karena Pendidikan Anak membutuhkan Sinergi dan Kerjasama Pasutri.
Pendidikan anak adalah proyek besar yang harus dirancang, dijalankan, dan dievaluasi dengan sinergi yang baik antara suami istri. Jika tidak terjadi keharmonisan antara keduanya, maka dipastikan proyek ini akan terbengkalai sia-sia atau nyaris berat untuk dijalankan. Yang terjadi biasanya adalah berat sebelah, alias hampir seluruh yang berkaitan pendidikan anak dibebankan pada sang ibu, sementara sang ayah merasa mencukupkan diri dengan tugasnya mencari rejeki di luar sana. Jika kita cerna kandungan Al-Quran, maka terbukti betapa sosok yang selalu dikenang sebagai seorang pendidik anak yang baik justru adalah seorang ayah, dialah Lukman al hakim.
Keempat : Memberikan pemahaman dan pendidikan seksual yang tepat nan elegan.
Mesra suami istri secara teknis didepan anak, pada batas-batas tertentu dibolehkan bahkan dianjurkan. Banyak gerakan mesra yang tidak harus berarti mengarah pada aktifitas seksual. Rasulullah SAW menyajikan kepada kita teladan dalam hal ini, beliau biasa dengan memegang dahi, maupun memijit hidung sang istri. Gerakan lainnya begitu banyak terserak, menunjukkan kemesraan tanpa harus vulgar dihadapan anak. Hal semacam ini akan menjadikan anak tumbuh berkembang dengan rasa nyaman dan kepercayaan diri. Pada saat yang sama, momentum mesra seperti itu juga bisa membuka peluang pemahaman tentang pendidikan seksual yang tepat dan elegan. Para orangtua harus cerdas dari sisi ini.
Kelima : Menyiapkan Kondisi yang Baik untuk Perkembangan Anak.
Anak yang menjadi saksi keributan dan pertengkaran antara kedua orangtuanya yang hampir setiap hari, akan merekam baik-baik hal ini dan terbawa dalam bawah sadarnya bahkan hingga dewasa nanti. Kegundahan dan kegelisahan yang dialaminya tentu menjadi PR berat bagi perkembangannya kemudian. Sebaliknya, suasana romantis suami istri akan menghadirkan keamanan dan kenyamanan, sehingga anak-anak siap melangkah untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupannya.
Akhirnya, kepada para suami istri yang telah sukses mengelola mesra dalam rumah tangganya, maka sejatinya satu tapak telah dilangkahkan untuk menggapai suksesnya pendidikan anak sesuai dengan apa-apa yang dicita-citakan. Tentu tak mudah memang, namun proyek besar ini memang harus terus berjalan.
Pertama : Pendidikan Anak membutuhkan Kasih Sayang,
Kedua orangtua harus terlebih dahulu saling menyayangi, agar berlimpah rasa sayang itu, untuk kemudian ditularkan kepada anak-anaknya dengan baik. Percayalah bahwa kasih sayang bak sebuah energi, dia terus mengalir dan berpindah. Jika suami istri gagal memproduksi kasih sayang diantara mereka, maka bagaimana mungkin akan mengalirkan kepada anak-anaknya dengan baik ? Sebuah riwayat dari Rasulullah SAW begitu menginspirasi, ketika seorang arab mendapati beliau menciumi cucu-cucunya. Ia berujar keheranan : " aku memiliki sepuluh anak dan aku tak pernah menciumi satupun dari mereka". Rasulullah SAW pun kaget dan berkomentar singkat " Barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi". Maka kasih sayang adalah energi. Harus terus diproduksi dan dialirkan.
Kedua : Karena orangtua adalah keteladanan bagi perilaku anak.
Setiap anak terlahir dalam fitrah kesucian, bagaikan kertas putih yang bersih, maka orangtuanya yang kemudian sangat dominan mewarnai anak tersebut dengan perilaku, bahkan ideologi sekalipun. Karenanya, dalam perkembangannya, orang tua yang tidak romantis, sering bertengkar cenderung akan ditiru oleh anak-anaknya dalam bentuk-bentuk yang mungkin lebih sederhana, dari mulai omongan yang kasar, ringan tangan, bahkan juga kebiasaan berantem dengan teman maupun saudara. Hal ini nyaris tidak bisa terkontrol dan terjadi begitu saja, karenanya orangtua harus segera menyadari dan berbenah diri, karena setiap hari anak-anak merekap setiap laku orang tua dengan mudah, dan mengekspresikannya pada kesempatan berikutnya.
Ketiga : Karena Pendidikan Anak membutuhkan Sinergi dan Kerjasama Pasutri.
Pendidikan anak adalah proyek besar yang harus dirancang, dijalankan, dan dievaluasi dengan sinergi yang baik antara suami istri. Jika tidak terjadi keharmonisan antara keduanya, maka dipastikan proyek ini akan terbengkalai sia-sia atau nyaris berat untuk dijalankan. Yang terjadi biasanya adalah berat sebelah, alias hampir seluruh yang berkaitan pendidikan anak dibebankan pada sang ibu, sementara sang ayah merasa mencukupkan diri dengan tugasnya mencari rejeki di luar sana. Jika kita cerna kandungan Al-Quran, maka terbukti betapa sosok yang selalu dikenang sebagai seorang pendidik anak yang baik justru adalah seorang ayah, dialah Lukman al hakim.
Keempat : Memberikan pemahaman dan pendidikan seksual yang tepat nan elegan.
Mesra suami istri secara teknis didepan anak, pada batas-batas tertentu dibolehkan bahkan dianjurkan. Banyak gerakan mesra yang tidak harus berarti mengarah pada aktifitas seksual. Rasulullah SAW menyajikan kepada kita teladan dalam hal ini, beliau biasa dengan memegang dahi, maupun memijit hidung sang istri. Gerakan lainnya begitu banyak terserak, menunjukkan kemesraan tanpa harus vulgar dihadapan anak. Hal semacam ini akan menjadikan anak tumbuh berkembang dengan rasa nyaman dan kepercayaan diri. Pada saat yang sama, momentum mesra seperti itu juga bisa membuka peluang pemahaman tentang pendidikan seksual yang tepat dan elegan. Para orangtua harus cerdas dari sisi ini.
Kelima : Menyiapkan Kondisi yang Baik untuk Perkembangan Anak.
Anak yang menjadi saksi keributan dan pertengkaran antara kedua orangtuanya yang hampir setiap hari, akan merekam baik-baik hal ini dan terbawa dalam bawah sadarnya bahkan hingga dewasa nanti. Kegundahan dan kegelisahan yang dialaminya tentu menjadi PR berat bagi perkembangannya kemudian. Sebaliknya, suasana romantis suami istri akan menghadirkan keamanan dan kenyamanan, sehingga anak-anak siap melangkah untuk menghadapi permasalahan dalam kehidupannya.
Akhirnya, kepada para suami istri yang telah sukses mengelola mesra dalam rumah tangganya, maka sejatinya satu tapak telah dilangkahkan untuk menggapai suksesnya pendidikan anak sesuai dengan apa-apa yang dicita-citakan. Tentu tak mudah memang, namun proyek besar ini memang harus terus berjalan.
***tingkahlaku atau
perbuatan sehari- hari orang tua akan menentukan akhlak anaknya di masa
mendatang, maka dari itu jadilah orang tua yang memiliki suri tauladan yang
baik untuk membangun generasi yang mempunyai budi pekerti yang luhur***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar